Bebas Kebas Kesemutan dan Neuropati dengan Tips Berikut

Kebas kesemutan merupakan gejala dari Neuropati yang bisa dirasakan para ibu karena kekurangan vitamin B dan terlalu banyak bekerja. Sebagai pahlawan dalam rumah, sebaiknya ibu membaca Tips Ngerti guna mendapatkan kembali saraf sehat dan bebas dari baal/kebas.


Seperti diketahui, sekolah sudah mulai diliburkan dan untuk beberapa minggu ke depan pekerjaan ibu di rumah akan bertambah. Mulai dari mencuci pakaian, memasak, mencuci piring, membersihkan dan merapikan rumah, ditambah mengayomi anak-anak agar liburannya tidak sia-sia. 

Agar para ibu bisa tetap beraktivitas maksimal tanpa terkendala rasa kesemutan, simak tips ngelawan Neuropati berikut ini. 

Selalu Gunakan Sandal Rumah
Salah satu penyebab awal adanya rasa kebas adalah kondisi suhu bagian tubuh tidak stabil ditambah dengan kelelahan. Contohnya, ketika Anda berdiri lama di depan wastafel untuk mencuci setumpuk piring, tidak jarang setelahnya kaki merasakan kesemutan, bukan? 

Hal itu bisa dikarenakan kurangnya imunitas tubuh, defisiensi vitamin, menderita diabetes, dan lain sebagainya. Supaya terhindar dari rasa kebas dan kesemutan akibat terlalu lama berdiri di lantai, Anda bisa menggunakan sandal rumah. Pastikan memilih sandal ternyaman dan cocok dipakai berlama-lama. 

Lakukan Teknik Perenggangan
Sedikit berbeda dengan mencuci, pada saat memasak ibu-ibu akan sering bolak-balik dari tungku ke tempat lainnya untuk menyiapkan makanan. Memotong bahan masakan dan memasaknya hingga matang. 

Tangan dan kaki yang terus dibuat bekerja perlahan akan merasa lelah dan memungkinkan terjadinya gangguan otot. Guna menghindari hal itu, biasakan untuk menyelangi kegiatan dengan merenggangkan jari-jari tangan pun kaki. 

Hindari Berada di Satu Posisi dalam Waktu Lama
Tugas di rumah yang paling menguras tenaga dan waktu biasanya menggosok pakaian. Terlebih, jika Anda membiarkan pakaian yang telah dijemur menumpuk begitu saja. 

Akibat pekerjaan yang super lama itu, tidak jarang ibu merasakan kebas akibat kelamaan berada di posisi duduk. Supaya tidak berulang, sebaiknya hindari mengerjakan banyak pekerjaan dalam satu posisi sekaligus. Ibu bisa menggosok pakaian dengan cara menyicilnya jika memang terlalu banyak. 

Rajin Mengonsumsi Makanan yang Kaya Vitamin
Tips lain agar tidak terus-menerus terkena kebas dan kesemutan adalah mengonsumsi makanan yang kaya vitamin. Terutama, vitamin B1, B6, dan B12.  Selain itu, pastikan untuk rajin berolahraga dan hindari rokok hingga alkohol. 

Nah, itulah cara-cara agar bebas kebas kesemutan yang merupakan gejala Neuropati dari Tips Ngerti (ngelawan Neuropati). Tetap jaga kesehatan ibu, supaya saraf sehat dan bisa menemani hari anak-anak di rumah tanpa terhambat rasa baal/kebas.

4 Fase Menstruasi dan Tahapan Siklus Bulanan yang Harus Anda Ketahui

Fase menstruasi adalah salah satu siklus bulanan berupa proses yang ditandai dengan berbagai perubahan dari tubuh, efek dari hormon wanita. Menstruasi tentunya juga ditandai dengan perubahan pada organ resproduksi, yakni mengeluarkan darah, lantas apa saja fasenya?

fase menstruasi

Fase Menstruasi
Ovarium adalah salah satu organ reproduksi wanita yant akan melepaskan sel telur, yang mana proses ini disebut ovulasi. Pada saat yang bersamaan, perubahan hormon akan memicu persiapan rahim untuk menerima sperma.

Namun, apabila sel telur tidak dibuahi, maka rahim yabg tadinya dipersiapkan akan meluruh dengan sendirinya, yang ditandai dengan menstruasi. Lebih sederhananya, vagina akan mengeluarkan darah, dan itulah tahap pertama dari fase mens ini.

Fase ini membuat kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh menurun. Tapi, jangan khawatir jika darah bercampur dengan lendir, sebab itu hal yang normal.

Jaringan rahim dan lendir tersebut memang normal keluar dari vagina, karena proses peluruhan rahim juga tidak hanya keluar darah saja. Maka dari itux akan terasa beberapa gejala seperti kram di perut bagian bawah, merasa kembung, suasana hati naik-turun (pengaruh hormon), sakit kepala, sampai lemas.

Bukan hal aneh juga jika rasa sakit tersebut membuat wanita PMS mudah marah atau bahkan terkesan sangat moodyan. Fase ini pun bisa terjadi 7-14 hari setiap bulannya.

Fase Folikuler atau Pra-ovulasi
Fase folikuler atau pra-ovulasi ada di bagian kedua setelah haid, yakni pada hari pertama. Dimana bagian ini ditandai dengan meningkatnya hormon perangsang folikel atau FSH. 

Hal tersebut terjadi saat hipotalamus mengirimkan sinyal pada kelenjar pituitari, lalu melepas zat kimia yang biasa dipanggil dengan hormon pelepas gonadotropin GnRH untuk mendorong kelenjar hipofisis.

Kelenjar hipofisis sendiri dibutuukan untuk menghasilkan peningkatan kadar hormon lutein (LH) dan FSH pada bagian ini. Seperti namanya FSH atau hormon perangsang folikel dibutuhkan untuk memancing indung telur agar menghasilkan setidaknya 5-20 kantong kecil alias folikel. .

Di dalam folikel ini terdapat sel telur yang belum matang, dimana nantinya hanya sel telur paling bagus alias sehat yang bisa digunakan. Sedangkan sisanya yang tidak digunakan, akan kembali diserap ke dalam tubuh. 

Folikel matang dapat memicu lonjakan estrogen yang sangat berguna bagi rahim, yaitu menebalkan lapisannya agar embrio nantinya mendapat nutrisi cukup dan dapay tumbuh. Fase pra-ovulasi berlangsung sekitar 11-27 hari tergantung dari masa haid wanita, namun mayoritas wanita biasanya mengalami fase ini sebanyak 16 hari saja.

Fase Ovulasi
Berhubungan dengan masa pra ovulasi dimana kadar esterogen akan meningkat saat dibuatnya folikel, masa ovulasi dimulai dari terpicunya kelenjar pituitari untuk melepaskan hormon luteinizing (LH). Ovulasi umumnya terjadi pada pertengahan siklus, kurang-lebih sekitar 2 minggu sebelum menstruasi datang.

Singkatnya, ovulasi adalah proses dimana ovarium telah melepaskan satu sel telur yang paling sehat dan matang, sedangkan yang lainnya menyerap kembali ke tubuh. Telur yang terpilih ini akan bergerak ke tuba falopi dan rahim, untuk menunggu dibuahi oleh sperma pria.

Sel telur juga memiliki masa hidup yang terbilang singkat, yakni satu hari alias 24 jam saja sampai bertemu benih. Apabila tidak dibuahi dalam rentan waktu tersebut, maka sel telur akan mati begitu saja.

Dalam siklus setelah fase menstruasi ini pun, akan terjadi keputihan yang mana ditandai dengan cairan bening yang lengket dengan suhu basal yang naik.

Jika biasanya suhu basal tubuh normal adalah 35,5 sampai 36º Celsius, maka pada saat ovulasi, suhu terendah yang bisa dicapai manusia saat tidur ini akan naik menjadi 37 hingga 38º Celsius.

Fase Luteal
Setelah fase menstruasi, pra-ovulasi, dan fase ovulasi, maka yang terakhir adalah fase luteal. Dimana proses ini dimulai ketika folikel melepaskan telurnya, bentuknya akan berubah menjadi korpus luteum. 

Korpus luteum ini berguna untuk melepaskan hormon, yaitu hormon yang disebut sebagai progesteron dan estrogen. Gunanya adalah untuk menebalkan dan menjaga rahim agar siap dibuahi dan menjadi tempat yang baik bagi embrio.

Apabila memang berhasil dibuahi, maka akan menghasilkan human chorionic gonadotropin (hCG). Tapi jika tidak dibuahi, maka korpus luteum akan menyusut lalu diserap lapisan rahim sehingga hormon akan menurun, membuat lapisan rahim lemah dan meluruh. Kemudian, terjadilah siklus dari awal yakni fase menstruasi seperti di poin nomor satu.

Siklus bulanan tidak terjadi begitu saja, banyak yang menjadi pemicu di baliknya dan reaksi tubuh tertentu termasuk hormon. Maka dari itu, baik untuk mengetahui tubuh Anda untuk lebih memahami prosesnya.